Martono bapak berusia 25 tahun selama setahun itu hampir setiap bulan selalu ke dokter karena sakit. Keluhan yang sering dialami adalah badan sering lemah atau lemas, sering batuk berkepanjangan , pilek dan kadang disertai panas. Martono khawatir karena tersebut sudah terlalu sering minum obat, apalagi setiap sakit antibiotika dikonsumsi secara rutin. Kekawatiranpun meningkat ketika ia mengalami overdiagnosis TBC atau divonis sebagai TBC atau “Flek”, padahal tidak menderita penyakit tersebut. Hal ini terjadi ketika dilakukan second opinion pada beberapa dokter dia tidak mengidap TBC. Ketika permasalahan tersebut tak kunjung membaik Martonopun akhirnya mengalami Pnemonia (infeksi Paru karena Jamur), Bronkitis, dan Infeksi telinga. Kecapekan, cuaca, minum es, makan gorengan atau naik motor selama ini dianggap sebagai penyebab gangguan tersebut. Sebenarnya, Martono mudah sakit utamanya karena daya tahan tubuh yang buruk. Hal ini sering terjadi pada penderita dengan alergi saluran cerna atau hipersensitif saluran cerna. Tanpa disadari, penyebab utamanya adalah daya tahan tubuh buruk dan sering infeksi tertular dari orang dekat dalam rumah seperti teman sekantor, isteri atau anak yang berpotensi sebagai sumber utama penularan. Tetapi lingkungan tidak dapat dihindari. Ketika saluran cerna membaik dengan penghindaran makanan tertentu penyebab alergi saluran cerna Martonopun lebih jarang sakit dan berbagai keluhan yang menyertai ikut membaik
Penyebab daya tahan tubuh yang tidak optimal ini sering terjadi pada mereka dengan saluran cerna yang sensitif. Kondisi ini terjadi karena sebagian besar atau sekitar 70 persen mekanisme pertahanan tubuh terdapat dalam saluran cerna. Biasanya, hal ini sering terjadi pada penderita alergi, asma dan sensitif pencernaan. Anak yang sering sakit dan kontak di rumah yang sering sakit ternyata mempunyai masalah kesehatan yang sama. Hal ini biasanya terjadi pada anak atau saudara kandung atau salah satu orangtua yang wajahnya sama.
Faktor fenotip atau kesamaan wajah dalam keluarga seringkali sebagai indikator menunjukkan kesamaan permasalahan kesehatan yang sama Menurut mitos yang berkembang di masyarakat, penyebab anak sering sakit adalah akibat debu, udara dingin, hujan, faktor cuaca, tertular sekolah, terlalu capek, AC, hujan, minum es, makan gorengan atau kipas angin. Padahal kalau dicermati, problem utamanya bukan sekedar masalah itu. Tetapi infeksi berulang karena daya tahan tubuh anak tidak bagus, dan kontak sumber penularan yang sering sakit di sekitarnya.
Infeksi berulang biasanya sering disebabkan karena kontak erat dengan seseorang yang sering sakit di dalam rumah. Penderita yang sering terkena infeksi virus ringan ini kerap tidak disadari dan dianggap bukan sakit, tetapi dikira penyebab lain. Infeksi virus berulang pada orang dewasa selama ini dianggap karena terlalu lelah, masuk angin, asma, alergi atau sinusitis.
Memang, biasanya penderita alergi mudah terkena infeksi batuk dan pilek. Bukan hanya orang awam, dokter pun seringkali sulit membedakan gejala alergi dan infeksi sehingga gejala infeksi ini dianggap sebagai gejala alergi.
- Gejala umum yang sering dialami adalah badan sering pegal dan capek, nyeri tenggorok, badan meriang dan sakit kepala.
- Gangguan infeksi virus berulang ini oleh masyarakat awam bahkan oleh sebagian dokter sering dianggap sebagai alergi dingin, alergi debu, masuk angin, kecapekan, sering keluar kota, masuk angin, karena asap rokok, panas dalam.
- Padahal, gangguan tersebut sebenarnya infeksi virus ringan yang dapat menular kepada anak, apabila daya tahan tubuhnya menurun. Bila infeksinya ringan pada orang dewasa, gangguan ini terjadi hanya dalam 2-3 hari saja, tetapi sering berulang timbul. Sehingga istilah yang sering diberikan adalah “mau flu tidak jadi”.
Penderita golongan ini bisanya mengalami gangguan alergi hidung, sinusitis, asma, dan masalah sensitif pada saluran cerna. Pada anak usia sekolah, seringkali orangtua menyalahkan karena teman di sekolah sering sakit. Sebenarnya bila dicermati di lingkungan sekolah memang tidak akan pernah bebas anak sakit. Dalam lingkungan kelas, memang mungkin terdapat 30% anak yang mudah sakit karena daya tahan tubuhnya buruk.
Tetapi sebagian besar lainnya relatif jarang sakit karena daya tahan tubuhnya baik. Sehingga yang harus diperhatikan adalah daya tahan tubuh anak, bukan disalahkan sekolahnya. Infeksi berulang pada anak Infeksi berulang pada anak adalah infeksi yang sering dialami khususnya infeksi saluran napas akut.
Keadaan ini oleh dokter kerap didiagosis sebagai (BKB) Batuk Kronis Berulang, atau sebagian orang awam menyebut penyakit batuk dan pilek yang tidak sembuh-sembuh. Padahal, sebenarnya gangguan batuk pilek tersebut hilang karena infeksi berulang mudah terkena sakit atau istilah awamnya on and off. Manifestasinya timbul kadang keras, berkurang sedikit, kemudian meningkat lagi berulang dalam jangka panjang. Sebenarnya, infeksi batuk pilek tersebut penyebabnya utamanya virus yang biasanya akan membaik dalam 5-7 hari. Kondisi ini diakibatkan karena rendahnya kerentanan seseorang terhadap infeksi. Biasanya infeksi berulang ini dialami berbeda dalam kekerapan kekambuhan, berat ringan gejala, jenis penyakit yang timbul dan komplikasi yang diakibatkan. Gangguan ini sering terjadi pada penderita alergi dan pada penderita defisiensi imun, meskipun kasus yang terakhir tersebut relatif jarang terjadi.
Infeksi berulang
- Infeksi berulang terjadi bila terjadi infeksi lebih dari 8 kali dalam setahun atau bila terjadi infeksi 1-2 kali tiap bulan selama 6 bulan berturut-turut.
- Pada infeksi berulang biasanya didapatkan kerentanan dalam timbulnya gejala klinis suatu penyakit, khususnya demam. Bila terjadi demam, sering sangat tinggi atau lebih dari 39oC. Dengan penyakit yang sama, anak lain mungkin hanya mengalami demam sekitar 38- 38,5oC.
- Biasanya penderita lebih beresiko mengalami pnemoni, mastoiditis, spesis, ensefalitis dan meningitis. Faktor penyebab Faktor penyebab utama lain dari dari anak yang mudah sakit di antaranya adalah paparan dengan lingkungan, struktur dan anatomi organ tubuh, masalah sistem kekebalan tubuh (mekanisme sistem imun yang berlebihan (penderita alergi) atau kekurangan) atau penyakit infeksi yang tidak pernah diobati dengan tuntas.
Dampak Yang Terjadi
- Bila terjadi demam, sering sangat tinggi atau lebih dari 39oC. Dengan penyakit yang sama, orang lain mungkin hanyameriang tidak demam.
- Infeksi laringitis suara parau
- Nyeri tenggorokan yang berat
- Infeksi telinga
- Sinisutis
- Bila berkepanjgan Biasanya penderita lebih beresiko mengalami pnemoni, bronkitis atau infeksi jamur di saluran napas
- Dalam keadaan berlanjut beresiko semakin parah kadang bisa terjadi mastoiditis, ensefalitis dan meningitis.
Penyebab Faktor genetik dan lingkungan
- Faktor genetik diduga ikut berperanan dalam gangguan ini. Pada genetik tertentu didapatkan perbedaan pada kerentanan terhadap infeksi. Anak laki-laki lebih sering mengalami gangguan ini. Gangguan ini sering dialami penderita alergi Infeksi berulang juga sering dialami penderita gangguan mekanisme sistem kekebalan tubuh berupa “overactive” sistem kekebalan (alergi) dan “underactive” sistem kekebalan (defisiensi imun). Hal ini sering terjadi pada penderita alergi saluran cerna. Adanya gangguan tersebut mengakibatkan adanya gangguan sistem imun yang berfungsi menghancurkan jamur, virus dan bakteri.
- Faktor lingkungan seperti kontak dengan sumber infeksi sangat berpengaruh. Lingkungan kerja yang padat atau banyak orang dalam ruangan kecil
- Banyak orang dalam lingkungan rumah yang sempit, khususnya banyak yang juga mudah kena infeksi batuk atau pilek
- Perokok pasif kemungkinan dua kali lipat untuk terkena infeksi. Jumlah anggota keluarga di rumah meningkatkan terjadinya infeksi.
Infeksi Berulang
- Infeksi berulang pada anak Infeksi berulang pada anak adalah infeksi yang sering dialami khususnya infeksi saluran napas akut.
- Keadaan ini oleh dokter kerap didiagosis sebagai (BKB) Batuk Kronis Berulang, atau sebagian orang awam menyebut penyakit batuk dan pilek yang tidak sembuh-sembuh. Padahal, sebenarnya gangguan batuk pilek tersebut hilang karena infeksi berulang mudah terkena sakit atau istilah awamnya on and off.
- Manifestasinya timbul kadang keras, berkurang sedikit, kemudian meningkat lagi berulang dalam jangka panjang.
- Sebenarnya, infeksi batuk pilek tersebut penyebabnya utamanya virus yang biasanya akan membaik dalam 5-7 hari. Kondisi ini diakibatkan karena rendahnya kerentanan seseorang terhadap infeksi.
- Biasanya infeksi berulang ini dialami berbeda dalam kekerapan kekambuhan, berat ringan gejala, jenis penyakit yang timbul dan komplikasi yang diakibatkan. Gangguan ini sering terjadi pada penderita alergi dan pada penderita defisiensi imun, meskipun kasus yang terakhir tersebut relatif jarang terjadi.
- Infeksi berulang terjadi bila terjadi infeksi lebih dari 8 kali dalam setahun atau bila terjadi infeksi 1-2 kali tiap bulan selama 6 bulan berturut-turut. Pada infeksi berulang biasanya didapatkan kerentanan dalam timbulnya gejala klinis suatu penyakit, khususnya demam.
- Bila terjadi demam, sering sangat tinggi atau lebih dari 39oC. Dengan penyakit yang sama, anak lain mungkin hanya mengalami demam sekitar 38- 38,5oC. Biasanya penderita lebih beresiko mengalami pnemoni, mastoiditis, spesis, ensefalitis dan meningitis.
Faktor Alergi khususnya alergi saluran cerna dan mudah Sakit
- Penderita alergi, khususnya yang mengalami hipersensitif saluran cerna dengan gangguan mual, muntah atau gangguan pencernaan lainnya, sering mengalami kondisi daya tahan tubuh yang menurun. Penderita alergi terus meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir.
- Alergi dapat mengganggu semua organ atau sistem tubuh kita tanpa terkecuali. Berdasarkan mekanisme pertahan tubuh yang dijelaskan sebelumnya, tampaknya gangguan saluran cerna dan asma sering mengganggu mekanisme pertahanan tubuh. Alergi makanan tampaknya ikut berperanan penting dalam dalam gangguan ini.
Alergi Sistem Pencernaan |
|
Tanda dan Gejala Yang menyertai Gangguan Alergi saluran cerna pada orang dewasa yang daya tahan tubuhnya menurun atau mudah sakit
ORGAN/SISTEM TUBUH | GEJALA DAN TANDA | |
1 | Sistem Pernapasan |
|
2 |
|
|
3 | Sistem Pencernaan |
|
4 |
|
|
5 | Telinga Hidung Tenggorokan |
|
6 |
|
|
7 | Sistem Susunan Saraf Pusat |
|
8 |
|
|
|
Jaringan otot dan tulang |
|
10 |
|
|
11 | Mata |
|
PENANGANAN
- Bila penderita mudah sakit dan disertai gangguan hipersensitif saluran cerna. maka fokus utamanya adalah memperbaiki saluran cerna tersebut.
- penanganan utama memperbaiki saluran cerna tersebut BUKAN MENGHINDARI GORENGAN, MAKANAN BERLEMAK, MAKANAN PEDAS. Tapi menghindari beberapa makanan yang dicurigai alergi mengganggu saluran cerna.
- Bila gangguan kekebalan tubuh menurun disertai gangguan saluran cerna maka gangguan tersebut biasanya berkaitan dengan reaksi alergi atau hipersensitifitas makanan. Bila hal itu terjdi maka sebaiknya dilakukan intervensi eliminasi provokasi makanan lihat dan baca eliminasi dan provokasi makanan pada Balita dan eliminasi dan provokasi makanan pada dewasa
- Obat-obat batuk, obat saluran cerna dan berbagai vitamin daya tahan tubuh tidak banyak bermanfaat dan hanya bersifat sesaat bila gangguan hipersensitif saluran cerna tidak diperbaiki
Referensi
- Mbarek C, Akrout A, Khamassi K, Ben Gamra O, Hariga I, Ben Amor M, Zribi S, El Khedim A. Recurrent upper respiratory tract infections in children and allergy. A cross-sectional study of 100 cases. Tunis Med. 2008 Apr;86(4):358-61.
PMID: 19476139 French. - Marseglia GL, Pagella F, Caimmi D, Caimmi S, Castellazzi AM, Poddighe D, Klersy C, Ciprandi G. Increased risk of otitis media with effusion in allergic children presenting with adenoiditis. Otolaryngol Head Neck Surg. 2008 May;138(5):572-5. doi: 10.1016/j.otohns.2008.01.020. PMID: 18439460
- Increased risk of otitis media with effusion in allergic children presenting with adenoiditis.
- Suvilehto J, Seppänen M, Notkola IL, Antikainen M, Malmberg H, Meri S, Pitkäranta A. Increased risk of otitis media with effusion in allergic children presenting with adenoiditis. Rhinology. 2007 Dec;45(4):286-91. PMID: 18085022
- Thórarinsdóttir HK, Lúdvíksson BR, Víkingsdóttir T, Leópoldsdóttir MO, Ardal B, Jónsson T, Valdimarsson H, Arason GJ. Childhood levels of immunoglobulins and mannan-binding lectin in relation to infections and allergy. Scand J Immunol. 2005 May;61(5):466-74. doi: 10.1111/j.1365-3083.2005.01588.x. PMID: 15882439
- Pollini F, Capristo C, Boner AL. Upper respiratory tract infections and atopy. Int J Immunopathol Pharmacol. 2010 Jan-Mar;23(1 Suppl):32-7. PMID: 20152077 Review.
- Duse M, Soresina AR, Ruggeri L, Crispino P, Girelli F, Ugazio AG. The child with recurrent infections: a problem of pediatric practic. Pediatr Med Chir. 1994 Sep-Oct;16(5):429-32. PMID: 7885950 Review. Italian.
- Liukkonen K, Virkkula P, Aronen ET, Kirjavainen T, Pitkäranta A. All snoring is not adenoids in young children. Int J Pediatr Otorhinolaryngol. 2008 Jun;72(6):879-84. doi: 10.1016/j.ijporl.2008.02.018. Epub 2008 Apr 8. PMID: 18400311
- Reinert P, Stagnara J, Roy P, Mallet E, Gaudelus J. Recurrent upper respiratory tract infections and otitis in children. Rev Prat. 2007 Oct 31;57(16):1767-73. PMID: 18092719 French.