Advertisements

Asma secara klinis praktis adalah adanya gejala batuk dan/atau mengi berulang, terutama pada malam hari (nocturnal), reversible (dapat sembuh spontan atau dengan pengobatan) dan biasanya terdapat atopi pada pasien dan atau keluarganya.Yang dimaksud serangan asma adalah episode perburukan yang progresif akut dari gejala-gejala batuk, sesak nafas, mengi, rasa dada tertekan, atau berbagai kombinasi dari gejala-gejala tersebut.
GINA mendefinisikan asma secara lengkap sebagai berikut: gangguan inflamasi kronis saluran napas dengan banyak sel yang berperan, antara lain sel mast, eosinofil, dan limfosit T. Pada orang yang rentan, inflamasi ini menyebabkan episode mengi yang berulang, sesak napas, rasa dada tertekan, dan batuk, khususnya pada waktu malam atau dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan napas yang luas dan bervariasi, sebagian besar bersifat reversibel baik spontan maupun dengan pengobatan. Inflamasi ini juga berhubungan dengan hiperreaktivitas jalan napas terhadap pelbagai rangsangan.
Batasan ini sangat lengkap, tetapi dalam penerapan klinis untuk anak tidak praktis, oleh karena itu KNAA (Konsensus Nasional Asma Anak) memberi batasan sebagai berikut: Asma adalah mengi berulang dan/atau batuk persisten dengan karakteristik timbul secara episodik, cenderung pada malam/dini hari (nokturnal), musiman, setelah aktivitas fisik, serta mempunyai riwayat asma atau atopi lain dalam keluarga atau penderita sendiri.
Penggolongan asma tergantung pada derajat penyakitnya (aspek kronik) dan derajat serangannya (aspek akut). Berdasar derajat penyakitnya, asma dibagi menjadi (1) asma episodik jarang, (2) asma episodik sering dan (3) asma persisten. Berdasarkan derajat serangannya, asma dikelompokkan menjadi (1) serangan asma ringan, (2) sedang dan (3) berat.
Advertisements

Klasifikasi Asma Pada Anak
Penyakit asma dibagi menjadi dua menurut berat ringannya, yaitu:
- Klasifikasi derajat penyakit asma Konsensus Internasional Penanggulangan Asma Anak membagi asma berdasarkan keadaan klinis dan keperluan obat menjadi 3 golongan, yaitu asma episodik jarang, persisten sering, dan persisten berat.
- Klasifikasi derajat serangan asma Asma yang dinilai berdasarkan derajat serangan dan dibagi atas serangan ringan, sedang, dan berat. Seorang penderita asma persisten sedang atau berat dapat mengalami serangan ringan saja, sebaliknya seorang penderita tergolong episodik jarang (asma ringan) dapat mengalami serangan berat, bahkan ancaman henti napas, tetapi umumnya anak dengan asma persisten sering akan mengalami serangan asma berat atau sebaliknya.
Pembagian derajat penyakit asma pada anak
Parameter klinis, kebutuhan obat dan faal paru |
Asma episodik jarang |
Asma episodik sering |
Asma persisten |
Frekuensi serangan |
< 1x/bulan |
> 1x/bulan |
Sering |
Lama serangan |
< 1 minggu |
≥ 1 minggu |
Hampir sepanjang tahun, tidak ada remisi |
Intensitas serangan |
Biasanya ringan |
Biasanya sedang |
Biasanya berat |
Di antara serangan |
Tanpa gejala |
Sering ada gejala |
Gejala siang dan malam |
Tidur dan aktifitas |
Tidak terganggu |
Sering terganggu |
Sangat terganggu |
Pemeriksaan fisis diluar serangan |
Normal (tidak ditemukan kelainan) |
Mungkin terganggu (ditemukan kelainan) |
Tidak pernah normal |
Obat pengendali (anti inflamasi) |
Tidak perlu |
Perlu |
Perlu |
Uji faal paru
(di luar serangan) |
PEF/FEV1 > 80% |
PEF/FEV1 60-80% |
PEF/FEV1 < 60%
Variabilitas 20-30% |
Variabilitas faal paru (bila ada serangan) |
Variabilitas > 15% |
Variabilitas > 30% |
Variabilitas > 50% |
Penilaian derajat serangan asma
Parameter klinis,
Fungsi paru,
laboratorium |
Ringan |
Sedang |
Berat |
Ancaman henti nafas |
Sesak timbul-pada saat (breathless) |
Berjalan
Bayi:
menangis keras |
Berbicara
Bayi :
– Tangis pendek dan lemah
– Kesulitan makan/minum |
Istirahat
Bayi :
Tidak mau makan/minum |
|
Bicara |
Kalimat |
Penggal kalimat |
Kata-kata |
|
Posisi |
Bisa berbaring |
Lebih suka duduk |
Duduk bertopang lengan |
|
Kesadaran |
Mungkin iritable |
Biasanya iritable |
Biasanya iritable |
Bingung dan mengantuk |
Sianosis |
Tidak ada |
Tidak ada |
Ada |
Nyata/Jelas |
Mengi (wheezing) |
Sedang, sering hanya pada akhir ekspirasi |
Nyaring, sepanjang ekspirasi,
± inspirasi |
Sangat nyaring, terdengar tanpa stetoskop |
Sulit/tidak terdengar |
Sesak nafas |
Minimal |
Sedang |
Berat |
|
Obat Bantu nafas |
Biasanya tidak |
Biasanya ya |
Ya |
Gerakan paradok torako-abdominal |
Retraksi |
Dangkal, retraksi interkostal |
Sedang, ditambah retraksi suprasternal |
Dalam, ditambah nafas cuping hidung |
Dangkal / hilang |
Laju nafas |
Meningkat |
Meningkat |
Meningkat |
Menurun |
Pedoman nilai baku laju nafas pada anak sadar :
Usia laju nafas normal
< 2 bulan < 60 / menit
2 – 12 bulan < 50 / menit
1 – 5 tahun < 40 / menit
6 – 8 tahun < 30 / menit |
Laju nadi |
Normal |
Takikardi |
Takikardi |
Bradikardi |
Pedoman nilai baku laju nadi pada anak sadar :
Usia laju nadi normal
2 – 12 bulan < 160 / menit
1 – 2 tahun < 120 / menit
3 – 8 tahun < 110 / menit |
Pulsus paradoksus (pemeriksaannya tidak praktis) |
Tidak ada
< 10 mmHg |
Ada
10-20 mmHg |
Ada
> 20 mmHg |
Tidak ada, tanda kelelahan otot nafas |
PEFR atau FEV1 (% nilai dugaan/% nilai terbaik)
– pra bronkodilator
– pasca bronkodilator |
> 60%
40-60%
|
> 80%
60-80%
|
< 40%
< 60%
Respon < 2 jam |
|
SaO2 % |
> 95% |
91-95% |
£ 90% |
|
PaO2 |
Normal biasanya tidak perlu diperiksa |
> 60 mmHg |
< 60 mmHg |
|
PaCO2 |
< 45 mmHg |
< 45 mmHg |
> 45 mmHg |
|
|
|
|
|
|
|
Sistem Skoring Pernafasan
|
|
1 |
2 |
Sianosis |
(-) |
(+) pada udara kamar |
(+) pada 40% O2 |
Aktifitas otot-otot pernafasan tambahan |
(-) |
Sedang |
Nyata |
Pertukaran udara |
Baik |
Sedang |
Jelek |
Keadaan mental |
Normal |
Depresi/gelisah |
Koma |
Pulsus paradoksus (Torr) |
< 10 |
10-40 |
> 40 |
PaO2 (Torr) |
70-100 |
≤ 70 pada udara kamar |
≤ 70 pada 40%O2 |
PaCO2 (Torr) |
< 40 |
40-65 |
> 65 |
Skor :
0-4 : tidak ada bahaya
5-6 : akan terjadi gagal nafas → siapkan UGD
≥ 7 : gagal nafas
|
|
Advertisements

Advertisements

Advertisements

Advertisements

Advertisements
